Masih sama seperti dulu, 6 bulan lalu, ketika kau tinggalkan aku disini. Aku katakan kalau aku akan baik baik saja. Karna itu kamu rela mininggalkan aku, aku akan bertahan, tidak pedulikan apapun, Disatu sisi melawan segala keraguan, sementar disisi lainnya ada kerinduan yang menggebu saat tau aku akan bertemu kamu lagi.

Seperti yang kamu tau, aku masih suka sunset, hunting makanan ditempat-tempat baru, suka bosen sendiri. Walaupun sekarang tidak sesering dulu aku menatap matahari tenggelam, dan menikmati warna langit yang aku suka itu. Masih suka hunting makanan di seputaran Denpasar, Nusa dua, dan Sanur, sendirian, hah..dengan kamu tentu akan lebih menyenangkan.

Sesekali memang aku melupakanmu, ketika aku larut dalam ke-gembiraan malam, ketika aku mulai merasa bosan dengan kesendirian, ditemani pesan-pesan pendek yang tidak penting. Sekedar bertanya apa yang kamu lakukan, apa yang kamu fikirkan, dan pernahkah kamu memikirkan aku?

ia, kamu, aku sering memikirkan kamu, seseorang disudut hati

Masalah datang dan pergi, entah pergi dan akhirnya menghilang atau pergi dengan meninggalkan kenangan manis, bahan bisa juga, pergi dengan menyisakan luka. Sebenarnya semua itu tergantung aku, mau tetap menangis dan membuat luka itu semakin parah atau berjuang untuk menyembuhkannya. Sempat terfikir untuk menyelesaikannya dengan mengalihkan pada masalah lain, melarikan diri dan menambah dengan masalah baru, kira kira begitu. Berharap masalah baru itu menuntun pada jalan keluar yang seharusnya.

Sering kali aku menyalakan waktu. Waktu yang salah saat tau kamu akan pergi, waktu yang salah karna memisahkan aku dengan kamu, waktu yang salah saat aku harus terdiam disini menunggu kamu, waktu yang salah ketika aku mulai jatuh cinta dan melakukan kesalaha-kesalahan yang aku nikmati, waktu yang salah ketika aku terlambat menyadari sedang menyanyangi seseorang disudut sana.

Ternyata semua sudah digariskan, dan saya bersukur, semuanya tampak lebih indah pada waktunya. Pertemuan denganmu, mengetahuai kenyataan walaupun sebenarnya itu tidak merubah apapun, menghabiskan waktu denganmu, lalu berpisah dan menyimpannya dalam sebuah kenangan manis.

Minggu yang berat, dan pagi ini aku bangun dengan beban pikiran di kepala ini.

Kamera Sony T50ku hilang, speecless, aku gak tau musti ngapain begitu mendengar kabar ini, sebenarnya aku sudah iklas kalau kamera itu dibawa si kadek, secara itu adalah kado dari kakaknya buat aku. Aku pikir mungkin dia punya rasa memiliki juga dengan barang itu. "Tapi bukannya si kakak sudah memberikan si sony buat aku? jadi itu barang milik aku donk!" *egoku bilang seperti itu* Tapi kenyataannya aku tidak mampu berkata tidak sewaktu ia hendak meminjam sonyku.1,2,3 sampe pada bulan ke 4 sonyku belum kembali juga ke tanganku, dan aku sengaja untuk tidak memintanya, menunggu inisiatif dari dia untuk mengembalikan. Sampai minggu kemaren, aku datang kesana, sambil menangis dia bilang sonyku hilang di kamar kosnya.

* ngedumel dalam hati * sudah selesai make ngapain gak langsung dibalikin, naruh disembarang tempat, sekarang gmana aku musti ngasi tau kakak kamu kalo dia sampe tanya, pasti marah banget. Minta ganti? gak mungkin dia masih anak kuliahan, duit dari mana sementara uang kuliahnya aja dateng dari kakaknya, aku yang ganti? gila aja, emang gampang nyari duit segitu! Lagian itu kado, duh bikin pusing aja. Gak kasihan ma kakakmu kerja nyari duit, beli ini, itu tapi gak dijaga, ini baru kamera, kaca sepion mobil yang kemaren pecah keserempet apa sudah diganti ma yang minjem? Bukannya aku pelit (tapi kalo mau bilang aku pelit juga gak papa) mau minjemin atau meminjam barang orang tanggung jawabnya itu yang besar, jangan ambil resiko deh. Jangan biasakan pinjem meminjam mending make yang kita punya sendiri aja, kalau gak punya ya mau bilang apa. Berusaha sendiri untuk ngedapetin sesuatu dengan jerih payah sendiri tentunya punya kepuasan sendiri ( ajaran dari ortuku )

Nabung lagi, beli lagi, pake tabungaku sendiri tentunya, dan gak ada yang boleh pinjem lagi