Wednesday, July 12, 2006

satu hari di puri raharja

Memasuki areal parkir aku sudah dibuat kaget oleh teriakan tukang parkir disana, karna masuk tanpa membayar 500 rupiah untuk parkir sepeda motor. Sementara keluargaku belum sampe aku duduk di lobby rumah sakit, terlihat petugas housekeeping membersihkan lantai lobby, sementara petugas bagian informasi sibuk menerima telphone pagi itu. Setelah keluarga ku datang dan mengurus segala administrasi akhirnya mendapat kamar 309. Berhubung di rumah sakit itu tidak terdapat lift, mau tidak mau harus melewati anak tangga sebayak 3 kali. Posisi kamar dilantai tiga itu membuat kakiku cepat lelah, ditambah lagi tidak pernahnya aku menjalani olah raga. " ah.. akhirnya sampe juga dilantai tiga". Kamar 309 berada di pojok kiri bangunan rumah sakit itu, kamar mandi, tempat tidur pasien, dan tv 14 inch tanpa remote jadi pemandangan utama begitu memasuki kamar itu. Untuk penunggu pasien disediakan tempat tidur kecil disamping jendela.

Kecelakaan tahun 2000 itu membuat tangan kanan adikku patah, sementara ini masih ada pen yang menyambung di sikunya. Walaupun sakit tapi pen itu harus diambil lagi. Akhirnya orang tuaku memilih bulan ini untuk operasi pengambilan pen itu, setelah beberapa kali kunsultasi dengan dokter spesialis bedah.

Jam 3 siang, dokter yang bersangkutan belum juga datang, sementara adikku yang sudah menjalani puasa dari jam 9 pagi itu, mengeluh karena lapar. Perawat yang jaga mengatakan operasi akan dilaksanakan jam 6 sore, karna keterbatasan ruang operasi. Muka adikku menguning, yang jelas dia takut, sampe sampe tensi darahnya naik. Pukul 6 kurang 5 menit, perawat masuk dengan tempat tidur dorongnya, membawa adikku menuju ruang operasi. Tanpa sadar aku menangis, melihat dia dibawa ke ruang operasi sambil terus memejamkan matanya. Sementara ibuku tetap menunggu dikamar, aku, ayah dan beberapa kerabat menemani adikku menuju ruang operasi. Pukul sembilan malam dia keluar dari ruang operasi, dengan badan diselimuti selimut dan mata terpejam menuju kamar 309. Kata suster dia sudah sadar, tapi entah kenapa dia begitu sadar dia menangis, aku fikir karna sakit yang dirasakannya. Tidak sanggup lagi manahan tangis, air mataku keluar juga melihat keadaannya seperti itu sementara beberapa orang mencoba menenangkannya. Pukul 11 malam adikku tertidur aku ijin pulang dan kembali besok pagi.

Pagi ini adikku diperbolehkan pulang karna keadaannya jauh lebih baik dari kemarin. walaupun masih dengan tumpukan perban di siku kanannya " Semoga tidak pernah kembali lagi ke tempat ini "
 
posted by me me at 10:49 AM, |

0 Comments: